Jumat, 22 Mei 2009


Pembelajaran tentang Lingkungan
(Sebuah refleksi seminar ”Langkah Kecilku Untuk Masa Depan Bumi”-Hotel Santika Jakarta)

Anak-anak merupakan pewaris nyata sebagai penikmat lingkungan, oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran akan lingkungan merupakan hal mutlak yang perlu dipelajari oleh anak-anak sebagai generasi pemilik lingkungan masa depan. Tulisan ini merupakan refleksi saya dari hasil seminar ”Langkah Kecilku Untuk Masa Depan Bumi”. Hotel Santika-Jakarta, Pelaksana Sekolah Kristen Ketapang Jakarta.

Seminar ini ada kaitannya dengan istilah Global Warming, yang kebetulan saya dan seorang teman dari Guru SD yaitu Bu Devi, di percaya untuk menghadiri seminar tersebut. Peserta yang hadir ternyata bukan hanya dari guru-guru Geografi, atau IPA, akan tetapi para tokoh masyarakat dan aktivis-aktivis lingkungan dari tingkat RT pun diundang.

Ada satu pembicara yang materinya menurut saya sangat menarik dan cocok diterapkan dalam proses belajar dan mengajar disekolah. Yaitu tentang Pengembangan Metode Pembelajaran Lingkungan, oleh Bapak Yandi Andri Yatmo, PhD March DipArch,¹

Dari makalah yang dibawakan oleh Bapak Yandi Andri Yatmo, saya bisa katakan bahwa pendidikan lingkungan sebaiknya dimulai dengan mengembangkan pengetahuan tentang apa yang terjadi di lingkungan yang terdekat. Pengetahuan tentang lingkungan bukan saja tanggung jawab satu disiplin ilmu saja, melainkan multi disiplin ilmu, kenapa? Karena mempelajari lingkungan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan berbagai materi pelajaran lain, seperti matematika, IPA, IPS, pendidikan jasmani, bahkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa isu lingkungan merupakan isu yang multidisiplin.

Berikut adalah strategi pembelajaran pendidikan lingkungan yang disampaikan oleh Bapak Yandi Andri Yatmo, mengenai prinsip-prinsiip yang diterapkan dalam pembelajaran tentang lingkungan.

· Belajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia
· Belajar dengan cara yang menyenangkan
· Belajar dengan mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif
· Belajar melalui kolaborasi

Berikut ini adalah salah satu pola pendekatan pembelajaran yang dilakukan.
Fakta
di sekitar
Analisis;
Menyusun pengetahuan
Tindakan berdasarkan pengetahuan
Refleksi
Tindakan terhadap fakta
Kegiatan diawali dengan kegiatan mengumpulkan fakta, baik dari hasil pengamatan langsung atau berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Selanjutnya fakta-fakta digunakan oleh siswa dalam proses analisis dan sintesis. Melalui analisis dan sintesis ini siswa mencoba menghimpun pengetahuan tentang fakta yang diperoleh dan menarik kesimpulan.

Berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh, siswa diberikan sebuah tugas. Dalam tugas tersebut, mereka diminta menerapkan pengetahuan tersebut secara terintegrasi. Kegiatan diakhiri dengan refleksi, sebagai kesempatan siswa untuk merefleksikan apa yang telah dipelajarinya, serta sebagai bahan evaluasi bagi pendidik tentang pencapaian tujuan pembelajaran. Diharapkan selanjutnya siswa akan dapat mengembangkan inisiatif untuk melakukan tindakan yang mampu dilakukannya terhadap fakta yang ada di sekitarnya. (Yandi Andri Yatmo, PhD March DipArch, dalam seminar ”Langkah Kecilku Untuk Masa Depan Bumi”. Hotel Santika-Jakarta, Pelaksana Sekolah Kristen Ketapang Jakarta)


CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PILPRES 2009
(SEBUAH RENUNGAN BAGI TOKOH MUSLIM)

Kamis, 21 Mei 2009 tanggal merah, itu artinya saya tidak berangkat kerja dikarenakan libur naisonal, sambil sarapan pagi bersama istri dan anak, seperti biasa sarapan kali inipun sama dengan hari kemarin yaitu nasi uduk buatan bu gendut (demikian orang-orang diperumahan memanggil si ibu yang jualan nasi uduk).
Mungkin ini merupakan sebuah kebetulan bungkus luar nasi yang saya pegang berasal dari salah satu surat kabar bekas yang saya tidak tahu tanggalnya kebetulan judul beritanya sangat menarik bagi saya dan juga mungkin bagi muslim pada umumnya. “TOKOH ISLAM AGAR INTROPEKSI”.
Melihat judulnya ada satu pertnayaan “ada apa dengan tokoh-tokoh Islam” ? tidak adanya tokoh islam yang masuk bursa capres dan cawapres di pilpres inilah ternyata penyebabnya yang menurut sumber dari berita tersebut agar para tokoh islam intropeksi. Coba bandingkan dengan pilpres 2004; ada Amin Rais, Gus solah, dan Hazim Muzadi, walaupun tidak ada yang memenangkan pilpres tersebut. Ini membuktikan adanya keseimbangan antara tokoh-tokoh sekuler dan Islam. Dan yang paling penting adalah membuktikan bahwa tokoh-tokoh Islam masih dapat dipercaya.
Menurut Effendy Choirie (Politisi Partai Kebangkitan Bangsa) yang biasa dipanggil Gus Choi dalam surat kabar tersebut, “Ini adalah kesalahan dan kegagalan tokoh Islam yang diakibatkan : Pertama, para pemimpin Islam yang tidak mau bersatu. Kedua, pemimpin Islam tidak mendapat kepercayaan dari umatnya karena sikap politik yang satu sama lain tidak akur. Ketiga, pemimpin Islam dikesankan tidak mampu mengelola Negara, tapi hanya bisa berdalil dalam urusan agama.
Memang, untuk capres dan cawapres 2009 semua muslim, tapi yang dimaksud dengan tokoh islam menurut nara sumber berita di sini adalah Islam yang bukan abangan, tapi Islam yang aktif dalam organisasi-organisasi ke islaman, atau yang berasal dari partai islam
Apa yang di katakana Gus Choi di atas ada benarnya juga. Coba kita pikir, penduduk Indonesia mayoritas Islam, ormas-ormas islam banyak dan mungkin lebih dinamis jika dibandingkan dengan ormas-ormas lain, partai-partai yang pemimpinnya para ulama banyak, bahkan ada diantara partai tersebut yang terang-terangkan berasaskan islam, tapi kenapa tidak ada diantara mereka yang muncul di pilpres. Oke lah katakana partai-partai mereka kecil-kecil dan belum mencukupi syarat (%) mengajukan capres atau wacapresnya, tapi saya yakin jika partai Islam bersatu dan pemimpinnya bersatu, pasti bisa.
Dan sekarang umat (muslim) dihadapkan pada pilihan yang mau tidak mau untuk memilih pemimpin yang sekuler. Dan ini merupakan pelajaran berharga bagi pemimpin Islam ke depannya untuk intropeksi. Semoga di pilpres yang akan datang muncul tokoh Islam yang maju untuk jadi capres atau wacapres yang maju bukan sekedar maju tapi maju dikarenakan hasil dari persatuan dan kesatuan umat, pemimpin, dan tokoh-tokoh Islam, serta partai-partai Islam yang ada di nusantara ini. amiin

Rabu, 20 Mei 2009

JUJUR DAN TERHORMAT

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.

Apa yang disampaikan Goleman tersebut, juga menjadi fondasi bagi pendiri Sekolah Islam Tugasku, Ibu Rukmini Zaenal Abidin untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan berbasis budi pekerti. Dan dipilihlah antara lain kata JUJUR dan TERHORMAT sebagai moto sekolah.

Moto ini juga adalah bentuk aplikasi dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah memperbaiki akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku, yang berdiri pada 29 Agustus 1984 lalu melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi.

Dalam perkembangan berikutnya, pada Juli 2004 manajemen dan Guru bersama-sama membangun infrastruktur untuk merealisasikan budi pekerti JUJUR dan TERHORMAT yang terdapat pada moto Sekolah itu bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran budi pekerti STUDENT ATTITUDE dengan 10 karakter dasar atau sepuluh pilar perilaku.

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam LSD tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu :

1. Tanggung jawab/ Responsibility,

2. Disiplin/ Discipline,

3. Jujur/ Honest,

4. Percaya diri/ Confidence,

5. Mandiri/ Independence,

6. Kerja sama/ Cooperation,

7. Peduli/ Compassion,

8. Sopan/ Courtesy,

9. Hormat/ Respect dan

10. Sabar/ Patience.

Tataran setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Jangan sampai konsep LSD tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dan amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 budi pekerti atau karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

1. Pada aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.

2. Dipahamkan; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran di dalam kelas.

3. Diaplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,

4. Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk aplikasi dari 10 karakter . hal ini antara lain dilakukan melalui diskusi kelas dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.

Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarakan ke-10 karakter itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah dalam membina generasi jujur dan terhormat. Ya Allah bimbing kami untuk menjadi orang jujur dan terhormat. Amien.


Penulis : Agus Listiyono (Direktur Pendidikan Sekolah Islam Tugasku-Jakarta)

Senin, 11 Mei 2009



ASYIKNYA BARANG SEKEN
PASAR PONCOL (PASAR SENEN)

Pernah ke Pasar Senen….? atau bahkan belum pernah !, nich…. saya coba untuk berbagi apa yang saya tau dari Pasar Senen?, nah…berawal dari teman yang ingin mencari jaket kebetulan saya diajak untuk mengantar tepatnya di tempat barang-barang seken yang biasa di sebut Pasar Poncol. Bukan hanya jaket, tapi semua jenis pakain, tas, topi, sepatu, dan sandal ada di sana. Dan weeeee….., gila beneeeer…barang-barang yang ditawarkan gak kalah dech dengan barang-barang di mal-mal, emang sich barangnya seken tapi kualitasnya impor punya dan lumayan terjamin. Mereknyapun bermacam-macam dari Levis, Louis, GAP, Polo, Drug Store wah pokoknya masih banyak merk keren yang lainnya.
Kalau biasa belanja di supermarket/mal, butik, pusat grosir, atau distro, kali ini coba jajal yang namanya Pasar Senen. Di sana kalian bakal nemuin barang-barang seken atau pakaian-pakain impor berikut aksesorisnya yang masih gress, and so pasti harganya pun miring-miring. Gengsi ?…. belakangan dech yang penting kualitas impor, bermerk dan murah.
Harga barang di sana bervariasi dari yang hanya seribu perpotong sampai ratusan ribu rupiah, tergantung kondisi barangnya. Makanya kalau kalian nemuin cacat sedikit, gunain dech cacatnya itu sebagai alasan buat dapet diskon harga, lumayan kan, hehehe……
Kalau hari-hari libur pengunjung banyak terutama dari kalangan remaja. Kebanyakan mereka mencari pakaian-pakaian yang bergaya retro atau vintage (wah… saya gak ngerti tuch, gaya pakaian macam apa yahhh), katanya sich lagi ngetop abis, atau banyak dari mereka yang mencari kemeja motif bunga-bunga atau full colour, dan rok-rok yang dipakai dipinggang. Bahkan katanya, banyak juga yang cari model-model pakaian yang agak-agak aneh, pokoknya di matching-in aja. (dari salah satu pedagang yang kebetulan saya singgahi).
Bagi yang mencari stelan untuk kerja juga, di sanapun banyak pilihannya.
Mau tau….? dari mana aja barang-barang ini,…katanya si… dari Jepang, Korea, dan beberapa Negara eropa lainnya.
Oek gak….!!!. Makanya coba dech sekali-kali, siapa tau ada yang cocok buat kalian.

Senin, 04 Mei 2009

Kondisi Perpolitikan Pasca Pemilu

Melihat kondisi politik Indonesia saat ini, bagi masyarakat awam pasti sangat membingungkan, kenapa….politik Indonesia saat ini yang diperlihatkan oleh para politisi yang bertindak sebagai petinggi sebuah parpol terlihat hanya sekedar mengurusi kekuasaan semata /perebutan kekuasaan. Hal ini menandakan bahwa para politisi kita masih jauh dari jiwa negarawan.
Dalih dengan kepentingan bangsa sepertinya hanya sebuah retorika demi meraih semksimal mungkin harapan dari kendaraan politik mereka. Coba kita lihat di media-media baik surat kabar atau televisi, para politisi kita sibuk mengurusi bagaimana memperbanyak koalisi guna memperbanyak suara di parlemen, serta mereka disibukkan menentukkan capres dan wacapresnya. Menurut saya biarkan saja urusan itu diurusi oleh pengurus-pengurus partai yang mungkin kesibukkannya di pemerintahan kurang/tidak ada, kenapa harus seperti itu ? seorang teman memberikan sebuah ungkapan “bagaimana program-program pemerintah sekarang ini bisa berjalan dengan baik kalau orang-orang yang duduk di pemerintah sekarang sibuk ngurusin partai setelah pemilu.”
Sempat terlintas dipikiran saya, apakah semua Negara akan seperti ini kondisinya setelah pemilu ! di sinilah akan terlihat sejauh mana jiwa dari para politisi kita, apakah benar-benar seorang negarawan atau hanya ……….