Selasa, 14 Juli 2009

pasca pilpres


Hampir satu minggu lebih, Indonesia telah melewati hajat besar yang pelaksanaannya dilakukan setiap lima tahun sekali, yaitu Pemilu baik untuk legislatif maupun untuk pilpres.
Coba kalau kita lihat kembali kondisi sebelum pemilu dilaksanakan, hampir semua partai sibuk mempersiapkan partai-partainya baik yang partai "kecil" mapun yang "besar" untuk mengikuti pemilu (pemilihan legislatif) tersebut, setelah selesai ramai-ramai sibuk berkoalisi yang notabene hampir semuanya untuk kepentingan partainya masing-masing jika dibandingkan dengan kepentingan rakyat. memilih calon presiden dan wakil presiden, adalah salah satu bagian dari koalisi itu sendiri.
Sekarang setelah pemilihan presiden dan wakil presiden selesai, ternyata semua partai masih disibukan kembali dengan urusannya sendiri terutama partai-partai yang ikut berkoalisi dengan partai yang mengusungkan nama calon presiden dan wakil presidennya yang memenangkan pemilu presiden. pembagian kursi dipemerintahan merupakan satu pemandangan yang menarik untuk disimak, dari masing-masing partai menyodorkan nama-nama kandidatnya. entah memang bagian dari perjanjian koalisi tersebut atau......
Yang pasti, itu adalah bagian dari kondisi negara kita pasca pemilu. semoga presiden kita tidak salah dalam memilih "pembantu-pembantunya" dipemerintahan nanti, tidak ada tekanan-tekanan. Presiden mempunyai hak prerogatif yang harus dihargai oleh partai-partai yang sebelumnya mengusungkan namanya dalam pencalonan presiden, bukan karena partai tersebut mendukung lalu kemudian berhak kader-kadernya menduduki jabatan yang penting, akan tetapi kepandaian, kelayakan, kecakapan, dan kredibilitas yang tinggi lah yang layak masuk masuk menduduki jabatan di pemerintahan nanti.
Ada satu "episode" yang menarik juga untuk di simak, yaitu "perebutan" kursi ketua DPR. Kalau kita lihat ke negara-negara maju contoh misalnya Amerika Serikat, Partai yang memenangkan pemilu berhak kadernya menjabat ketua, tapi...akankah di negara kita akan seperti itu....kita lihat saja nanti.
Sebagai warganegara yang baik, mari kita dukung dan terima hasil dari pemilu yang sudah kita jalani.

Kamis, 02 Juli 2009

Dampak Buruk Kekerasan dalam Rumah Tangga

Jika kita sering melihat infotainment atau berita-berita, baik di TV maupun surat kabar, hampir yang namanya kekerasan dalam rumah tangga ada setiap hari. baik dari masyarakat ekonomi bawah sampai dengan masyrakat yang ekonominya tinggi (high class). yang lagi hangat adalah berita Manohara yang mengaku menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). dan perlu di ingat, bahwa kekerasan ini jika terjadi terus menerus terjadi bisa berdampak buruk bagi psikologis anak, apalagi jika anak itu melihat langsung kejadian tersebut.
Dra. Henny E. Wirawan, M.Hum., Psi, QIA., psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, dalam sebuah artikel info bunda, mengatakan :“Anak yang melihat langsung ibu atau ayahnya dipukul bisa mengalami shock dan ketakutan, terutama pada anak balita,” jelasnya. Kalau kekerasan ini disaksikan setiap hari besar kemungkinan dia menjadi traumatis, cenderung pendiam, sering marah hingga menangis. Dan lama kelamaan sifatnya menjadi general, artinya bukan hanya melihat teriakan atau pukulan orangtuanya saja, tetapi juga saat ia melihat hal itu dilakukan orang lain. Bahkan bukan tidak mungkin ia akan marah dengan orang lain yang belum tentu ada hubungannya dengan dia. Nah, anak yang sudah bereaksi seperti ini perlu diberikan pendekatan. Dra. Henny sangat menganjurkan agar anak segera dibawa ke Psikolog supaya ia bisa terbuka dan menumpahkan isi hatinya. Selain dengan bantuan psikolog tentunya anak harus terus diberi dukungan, baik dari orangtua (korban) atau pun keluarga dekat. Kalau si anak sedang bercerita jangan dipotong, biarkan ia mengeluarkan isi hatinya. Hal ini bisa membuatnya merasa lebih baik. berikut Tips menurut Henny :
-. Sebaiknya hindari pertengkaran dengan selalu menjalin komunikasi dengan pasangan.
degan begitu rasa saling pengertian akan terjalin
-. Sebelum menikah hendaklah peka melihat reaksi pasangan, apakah ia mudah untuk
mlontarkan kata-kata kasar atau bahkan memukul.

Thanks to info bunda