Rabu, 20 Mei 2009

JUJUR DAN TERHORMAT

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.

Apa yang disampaikan Goleman tersebut, juga menjadi fondasi bagi pendiri Sekolah Islam Tugasku, Ibu Rukmini Zaenal Abidin untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan berbasis budi pekerti. Dan dipilihlah antara lain kata JUJUR dan TERHORMAT sebagai moto sekolah.

Moto ini juga adalah bentuk aplikasi dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah memperbaiki akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku, yang berdiri pada 29 Agustus 1984 lalu melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi.

Dalam perkembangan berikutnya, pada Juli 2004 manajemen dan Guru bersama-sama membangun infrastruktur untuk merealisasikan budi pekerti JUJUR dan TERHORMAT yang terdapat pada moto Sekolah itu bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran budi pekerti STUDENT ATTITUDE dengan 10 karakter dasar atau sepuluh pilar perilaku.

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam LSD tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu :

1. Tanggung jawab/ Responsibility,

2. Disiplin/ Discipline,

3. Jujur/ Honest,

4. Percaya diri/ Confidence,

5. Mandiri/ Independence,

6. Kerja sama/ Cooperation,

7. Peduli/ Compassion,

8. Sopan/ Courtesy,

9. Hormat/ Respect dan

10. Sabar/ Patience.

Tataran setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Jangan sampai konsep LSD tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dan amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 budi pekerti atau karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

1. Pada aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.

2. Dipahamkan; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran di dalam kelas.

3. Diaplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,

4. Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk aplikasi dari 10 karakter . hal ini antara lain dilakukan melalui diskusi kelas dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.

Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarakan ke-10 karakter itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah dalam membina generasi jujur dan terhormat. Ya Allah bimbing kami untuk menjadi orang jujur dan terhormat. Amien.


Penulis : Agus Listiyono (Direktur Pendidikan Sekolah Islam Tugasku-Jakarta)