Jumat, 22 Mei 2009

CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PILPRES 2009
(SEBUAH RENUNGAN BAGI TOKOH MUSLIM)

Kamis, 21 Mei 2009 tanggal merah, itu artinya saya tidak berangkat kerja dikarenakan libur naisonal, sambil sarapan pagi bersama istri dan anak, seperti biasa sarapan kali inipun sama dengan hari kemarin yaitu nasi uduk buatan bu gendut (demikian orang-orang diperumahan memanggil si ibu yang jualan nasi uduk).
Mungkin ini merupakan sebuah kebetulan bungkus luar nasi yang saya pegang berasal dari salah satu surat kabar bekas yang saya tidak tahu tanggalnya kebetulan judul beritanya sangat menarik bagi saya dan juga mungkin bagi muslim pada umumnya. “TOKOH ISLAM AGAR INTROPEKSI”.
Melihat judulnya ada satu pertnayaan “ada apa dengan tokoh-tokoh Islam” ? tidak adanya tokoh islam yang masuk bursa capres dan cawapres di pilpres inilah ternyata penyebabnya yang menurut sumber dari berita tersebut agar para tokoh islam intropeksi. Coba bandingkan dengan pilpres 2004; ada Amin Rais, Gus solah, dan Hazim Muzadi, walaupun tidak ada yang memenangkan pilpres tersebut. Ini membuktikan adanya keseimbangan antara tokoh-tokoh sekuler dan Islam. Dan yang paling penting adalah membuktikan bahwa tokoh-tokoh Islam masih dapat dipercaya.
Menurut Effendy Choirie (Politisi Partai Kebangkitan Bangsa) yang biasa dipanggil Gus Choi dalam surat kabar tersebut, “Ini adalah kesalahan dan kegagalan tokoh Islam yang diakibatkan : Pertama, para pemimpin Islam yang tidak mau bersatu. Kedua, pemimpin Islam tidak mendapat kepercayaan dari umatnya karena sikap politik yang satu sama lain tidak akur. Ketiga, pemimpin Islam dikesankan tidak mampu mengelola Negara, tapi hanya bisa berdalil dalam urusan agama.
Memang, untuk capres dan cawapres 2009 semua muslim, tapi yang dimaksud dengan tokoh islam menurut nara sumber berita di sini adalah Islam yang bukan abangan, tapi Islam yang aktif dalam organisasi-organisasi ke islaman, atau yang berasal dari partai islam
Apa yang di katakana Gus Choi di atas ada benarnya juga. Coba kita pikir, penduduk Indonesia mayoritas Islam, ormas-ormas islam banyak dan mungkin lebih dinamis jika dibandingkan dengan ormas-ormas lain, partai-partai yang pemimpinnya para ulama banyak, bahkan ada diantara partai tersebut yang terang-terangkan berasaskan islam, tapi kenapa tidak ada diantara mereka yang muncul di pilpres. Oke lah katakana partai-partai mereka kecil-kecil dan belum mencukupi syarat (%) mengajukan capres atau wacapresnya, tapi saya yakin jika partai Islam bersatu dan pemimpinnya bersatu, pasti bisa.
Dan sekarang umat (muslim) dihadapkan pada pilihan yang mau tidak mau untuk memilih pemimpin yang sekuler. Dan ini merupakan pelajaran berharga bagi pemimpin Islam ke depannya untuk intropeksi. Semoga di pilpres yang akan datang muncul tokoh Islam yang maju untuk jadi capres atau wacapres yang maju bukan sekedar maju tapi maju dikarenakan hasil dari persatuan dan kesatuan umat, pemimpin, dan tokoh-tokoh Islam, serta partai-partai Islam yang ada di nusantara ini. amiin

1 komentar:

Agus Listiyono mengatakan...

Pak Mali. Hebat. Tulisan dalam satu pekan bertambah terus. Terakhir saya baca tentang Pasar Senin. Sekarang tentang Capres Cawapres dan juga tentang Pelajaran tentang Lingkungan. Selamat Pak Mali. Sukses.